Alamat

Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta

Email : semprongmejing@gmail.com

Hp/wa. 08562550145
Anggota Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman (ASPIKA) Sleman Yogyakarta
Din.Kes P-IRT No. 806340401992

produk

produk

Senin, 26 Maret 2012

Bisnis makanan minuman tumbuh 8,15%

JAKARTA. Imbas kenaikan bahan bakar minyak subsidi (BBM) memang dahsyat. Kementerian Perindustrian memprediksi pertumbuhan industri makanan minuman tahun ini cuma 8,15%. Padahal tahun lalu mencapai 9,19%.
Salah satu biang keroknya adalah kenaikan harga BBM yang bisa memicu penurunan daya beli masyarakat. Faktor lainnya serbuan produk makanan minuman impor.
Namun Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi optimistis pertumbuhan industri ini bisa lebih tinggi dari target. "Optimisme untuk melampaui target pasti ada," kata Benny.
Rasa optimistis Benny ini terpancar dari realiasasi investasi di industri makanan minuman yang mencapai Rp 18,23 triliun tahun lalu, yakni sekitar Rp 8,36 triliun merupakan investor dalam negeri.
Dari total investasi tersebut, baru 87% yang sudah berproduksi. "Paling tidak tahun ini utilitas industri harus didorong sebesar 5%," ujarnya.
Langkah lainnya adalah memberi perlindungan bagi produk makanan minuman lokal. Misalnya dengan berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) supaya ada pembenahan di sistem pemeriksaan dan registrasi produk.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani menilai wajar target pertumbuhan industri makanan dan minuman pemerintah cuma 8,15%. Namun, ia optimistis pertumbuhan industri ini tahun ini bisa mendekati 10%. "Apalagi kenaikan tarif dasar listrik tidak jadi," katanya. Apalagi
Indonesia adalah pasar gemuk dengan jumlah penduduk 240 juta. Industri ini tidak akan pernah mati. Untuk itu, pemerintah harus menerapkan standar nasional Indonesia (SNI) di industri ini supaya bisa bersaing dengan pemain global.
Pelaku industri makanan dan minuman sepertu PT Garudafood Putra Putri Jaya sudah melakukan efisiensi biaya produksi. "Kami melakukan cost innnovation di tiap lini bisnis," kata Dian Astriana Corporate Communication Manager Garudafood.
Gapmi memproyeksikan nilai bisnis industri makanan minuman tahun lalu Rp 683 triliun atau tumbuh 13%.


sumber :  industri.kontan.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar