Alamat

Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta

Email : semprongmejing@gmail.com

Hp/wa. 08562550145
Anggota Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman (ASPIKA) Sleman Yogyakarta
Din.Kes P-IRT No. 806340401992

produk

produk

Selasa, 27 Maret 2012

PAMERAN DI MALIOBORO 26 - 30 MARET 2012

Semprong Mejing ikut berpartisipasi dalam Pameran di Malioboro, yang dilaksanakan dari tanggal 26 Maret 2012 dan berakhir tanggal 30 Maret 2012.

Lokasi pameran berada di stan Aspika, tepat nya dekat pintu utama selatan.



Pelaku Industri Makanan Rumahan Cemaskan Kenaikan BBM

Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi terus menebar keresahan di tengah masyarakat. Bak bola salju, isu tersebut mulai mendorong kenaikan harga sejumlah komoditas dan merembet ke komoditas lainnya sebagai aksi spekulasi.
Ironisnya lagi, kenaikan harga dipastikan akan kembali terjadi, bahkan lebih besar, setelah pemerintah resmi memberlakukan kenaikan harga BBM subsidi. Bukan hanya masyarakat kecil yang menjerit, sejumlah pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) juga berteriak menyikapi kebijakan tersebut.
Adalah Jumadi Hartanto (68), pengusaha kue semprong dari Cimahi, salah satu pelaku UMKM yang mengaku keberatan dengan rencana pemerintah tersebut. Apalagi, satu bulan setelah pemberlakukan kenaikan harga BBM subsidi, pemerintah berencana menaikkan harga tarif dasar listrik (TDL).
Jumadi menilai, kebijakan itu akan sangat memberatkan pelaku UMKM. Pasalnya, bukan hanya kenaikan harga kedua komoditas energi tersebut yang akan membebani pelaku UMKM, tapi juga kenaikan harga bahan baku, yang untuk pembuatan semprong di antaranya adalah tepung, mentega, telur, dan lain-lain.
“Kami sangat khawatir harga barang-barang naik. Sekarang saja, harga BBM belum naik, sudah ada beberapa barang yang harganya naik. Apalagi kalau BBM sudah naik. Ditambah lagi dengan TDL,” ujar Jumadi.
Di sisi lain, menurut dia, tidak mudah baginya untuk menaikkan harga. Ia mengaku khawatir jika harga jual dinaikkan, permintaan kue semprongnya akan merosot. Padahal, selama ini ia dan keluarganya tergantung dengan penghasilan dari usaha pembuatan kue semprong tersebut.
“Harapan kami tentu pemerintah membatalkan rencana kenaikan harga BBM subsidi. Semua akan terkena dampaknya, tapi yang paling besar adalah orang kecil, bukan orang kaya,” ujarnya.
Keluhan serupa dilontarkan pedagang yang juga perajin keripik tempe di kawasan Jln. Leuwi Panjang, Isni (44). Dia mengaku sangat dipusingkan oleh rencana pemerintah yang akan menaikkan harga BBM. Dia khawatir rencana pemerintah tersebut akan berpengaruh terhadap usaha keripik tempe yang dimilikinya.
Menurut dia, sejauh ini harga bahan baku yang naik baru minyak curah dari Rp.10.000 menjadi Rp.11.000 per kilogram. Selebihnya, bahan baku lain seperti tempe, tepung terigu, bumbu-bumbu halus, belum mengalami kenaikan.
Walaupun harga minyak goreng sudah naik, Isni mengaku belum akan menaikkan harga jual keripiknya karena biaya produksi masih bisa ditekan. “Nanti kalau harga dinaikkan justru kalah saing dengan pengusaha keripik lain,” katanya.
sumber: pikiran-rakyat.com

Senin, 26 Maret 2012

Pertumbuhan Industri Makanan Bakal Melambat

BANDUNG- Pertumbuhan kelompok industri makanan, minuman, dan tembakau bakal melambat tahun ini, dengan proyeksi sebesar 8,15 persen jika dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 9,19 persen.

"Ada tantangan (kenaikan harga) BBM, penurunan daya beli, dan biaya angkut yang meningkat," kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Benny Wahyudi pada lokakarya di Bandung, Jawa Barat, Jumat (16/3).

Sesuai Rencana Jangka Pembangunan Menengah dan Panjang (RPJMP), kata dia, Kemenperin telah menargetkan pertumbuhan industri makanan tahun ini sebesar 8,15 persen.

"Jadi targetnya kita tetapkan dulu. Minimal pertumbuhan industri makanan sebesar target tersebut 8,15 persen," ucapnya.

Benny optimistis target sebesar 8,15 persen tersebut akan tercapai dengan mengoptimalkan kapasitas produksi yang ada, mengingat pemanfaatan kapasitas (utilisasi) industri makanan dan minuman hanya 80-82 persen.

Untuk meningkatkan utilisasi tersebut, kata dia, akan dikembangkan pasar ekspor dan inovasi produk.

Selain itu, Benny juga berharap Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mendukung produk makanan dan minuman dalam negeri dengan mempermudah pendaftaran di BPOM.

"Agar industri makanan dan minuman bisa berkembang, kami berharap industri makanan yang low risk (berisiko rendah) dipermudah proses pendaftarannya," ujar Benny, berharap.

Saat ini, lanjut dia, pendaftaran di BPOM sebanyak 55 persen merupakan produk dalam negeri dan 45 persen luar negeri.

Kelompok industri makanan, minuman, dan tembakau, menurut dia, sangat penting karena memberi kontribusi yang besar yaitu sebesar 35,2 persen dari pencapaian pertumbuhan industri nasional.

sumber : mediaindonesia.com  16 Maret 2012

Bisnis makanan minuman tumbuh 8,15%

JAKARTA. Imbas kenaikan bahan bakar minyak subsidi (BBM) memang dahsyat. Kementerian Perindustrian memprediksi pertumbuhan industri makanan minuman tahun ini cuma 8,15%. Padahal tahun lalu mencapai 9,19%.
Salah satu biang keroknya adalah kenaikan harga BBM yang bisa memicu penurunan daya beli masyarakat. Faktor lainnya serbuan produk makanan minuman impor.
Namun Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi optimistis pertumbuhan industri ini bisa lebih tinggi dari target. "Optimisme untuk melampaui target pasti ada," kata Benny.
Rasa optimistis Benny ini terpancar dari realiasasi investasi di industri makanan minuman yang mencapai Rp 18,23 triliun tahun lalu, yakni sekitar Rp 8,36 triliun merupakan investor dalam negeri.
Dari total investasi tersebut, baru 87% yang sudah berproduksi. "Paling tidak tahun ini utilitas industri harus didorong sebesar 5%," ujarnya.
Langkah lainnya adalah memberi perlindungan bagi produk makanan minuman lokal. Misalnya dengan berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) supaya ada pembenahan di sistem pemeriksaan dan registrasi produk.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani menilai wajar target pertumbuhan industri makanan dan minuman pemerintah cuma 8,15%. Namun, ia optimistis pertumbuhan industri ini tahun ini bisa mendekati 10%. "Apalagi kenaikan tarif dasar listrik tidak jadi," katanya. Apalagi
Indonesia adalah pasar gemuk dengan jumlah penduduk 240 juta. Industri ini tidak akan pernah mati. Untuk itu, pemerintah harus menerapkan standar nasional Indonesia (SNI) di industri ini supaya bisa bersaing dengan pemain global.
Pelaku industri makanan dan minuman sepertu PT Garudafood Putra Putri Jaya sudah melakukan efisiensi biaya produksi. "Kami melakukan cost innnovation di tiap lini bisnis," kata Dian Astriana Corporate Communication Manager Garudafood.
Gapmi memproyeksikan nilai bisnis industri makanan minuman tahun lalu Rp 683 triliun atau tumbuh 13%.


sumber :  industri.kontan.co.id

Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB)

Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) adalah suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi makanan agar bermutu, aman dan layak untuk dikonsumsi.

Aman dikonsumsi artinya produk makanan tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan manusia.

Layak dikonsumsi artinya makanan tersebut keadaannya normal tidak menyimpang seperti busuk, kotor, menjijikkan, dan penyimpangan lain.

CPMB sangat berguna bagi kelangsungan hidup industri pangan. Melalui CPMB, industri pangan dapat menghasilkan produk makanan yang bermutu, layak dikonsumsi, dan aman bagi kesehatan.

Ruang Lingkup CPMB
Ruang lingkup CPMB mencakup cara-cara produksi yang baik dari sejak bahan mentah masuk ke pabrik sampai produk dihasilkan, termasuk persyaratan-persyaratan lainnya yang harus dipenuhi. Beberapa hal yang dibahas dalam CPMB:

Lingkungan Sarana Pengolahan
Pencemaran makanan dapat terjadi karena lingkungan yang kotor, sehingga lingkungan di sekitar sarana pengolahan harus terawat baik, bersih dan bebas dari tanaman liar.

Lokasi Pabrik
Secara ideal industri pangan yang baik dan sehat berada di lokasi yang bebas dari pencemaran.

Lingkungan
Lingkungan harus selalu dipertahankan dalam keadaan bersih.

Bangunan dan Fasilitas Pabrik
Bangunan, peralatan, dan fasilitas sarana pengolahan dirancang dan dibangun sedemikian rupa sehingga dapat menjamin bahwa bahan pangan selama dalam proses pengolahan tidak tercemar oleh bahan-bahan biologis seperti mikroba dan parasit, atau bahan kimia dan kotoran lain.

Ruang Pengolahan
Ruang pengolahan hendaknya cukup luas untuk menempatkan semua peralatan dan bahan serta cukup leluasa bagi pergerakan karyawan yang bekerja di dalamnya dan dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dipelihara dan mudah dibersihkan.

Kelengkapan Ruang Pengolahan
Ruang pengolahan hendaknya dibuat nyaman, misalnya cukup terang, sehingga karyawan dapat mengerjakan tugasnya dengan penuh perhatian dan teliti.

Gudang
Gudang tersedia untuk menyimpan bahan-bahan pangan termasuk bumbu dan bahan tambahan pangan. Bahan baku pangan dipisahkan dalam gudang terpisah dari produk makanan.

Peralatan Pengolahan
Peralatan pengolahan makanan harus dipilih yang mudah dibersihkan dan dipelihara agar tidak mencemari makanan dan mudah dibongkar serta bagian-bagiannya mudah dilepas agar mudah dibersihkan.

Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi
Adanya fasilitas dan kegiatan sanitasi di pabrik bertujuan untuk menjamin bahwa ruang pengolahan dan ruangan lain dalam bangunan serta peralatan pengolahan terpelihara dan tetap bersih sehingga menjamin produk makanan bebas bebas dari mikroba, kotoran dan cemaran lain.

Suplai Air
Suplai air harus berasal dari sumber air yang aman dan jumlahnya cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan pencucian/pembersihan, pengolahan, dan penanganan limbah.

Pembuangan Air dan Limbah
Pabrik harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air dan limbah yang baik berupa saluran air/selokan yang dirancang dan dibangun sedemikian rupa sehingga tidak mencemari sumber air bersih dan makanan.

Fasilitas Pencucian/Pembersihan
Proses pencucian atau pembersihan sarana pengolahan termasuk peralatannya adalah proses rutin yang sangat penting untuk menjamin mutu dan keamanan produk makanan yang dihasilkan oleh suatu industri.

Fasilitas Higiene Karyawan
Fasilitas higiene karyawan harus disediakan untuk menjamin kebersihan karyawan dan menghindari pencemaran terhadap makanan.

Penerangan
Sistem penerangan baik melalui sinar matahari maupun melalui lampu harus memenuhi persyaratan yaitu diatur sedemikian rupa sehingga ruang pengolahan cukup terang dan karyawan dapat mengerjakan tugasnya dengan teliti dan nyaman.


Sistem Pengendalian Hama
Hama berupa binatang mengerat seperti tikus, burung, serangga dan hama lainnya adalah penyebab utama terjadinya pencemaran terhadap makanan yang menurunkan mutu dan keamanan produk makanan.

Mencegah Masuknya Hama
Untuk mencegah masuknya hama, bangunan pabrik harus tetap terjaga dalam keadaan bersih dan terawat.

Mencegah Timbulnya Serangan Hama
Salah satu yang dapat dilakukan untuk mencegah adanya serangan hama di dalam sarana pengolahan adalah makanan harus disimpan di dalam wadah yang cukup kuat dan disusun pada posisi tidak mengenai lantai dan cukup jauh dari dinding.

Higiene Karyawan
Karyawan yang dalam pekerjaannya melakukan kontak langsung dengan makanan dapat merupakan sumber cemaran baik biologis, kimia, maupun fisik.

Kesehatan Karyawan
Karyawan yang sakit atau diduga masih membawa penyakit (baru sembuh dari sakit) hendaknya dibebaskan dari pekerjaan yang berhubungan langsung dengan makanan, karena mikrobanya dapat mencemari makanan. Karyawan yang memang sakit hendaknya diistirahatkan.

Kebersihan Karyawan
Karyawan yang bekerja di ruangan pengolahan makanan harus selalu dalam keadaan bersih, mengenakan baju kerja serta penutup kepala dan sepatu. Perlengkapan seperti baju kerja, penutup kepala, dan sepatu tidak boleh dibawa keluar dari pabrik.

Kebiasaan Karyawan yang Jelek
Selama bekerja mengolah makanan, karyawan di bagian pengolahan makanan hendaknya meninggalkan kebiasaan-kebiasaannya yang dapat mencemari makanan, misalnya: merokok, meludah, makan atau mengunyah, bersin atau batuk.

Pengendalian Proses
Dalam menghasilkan produk yang bermutu dan aman, proses pengolahan hendaknya dikendalikan secara hati-hati dan ketat. Salah 1 cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan proses pengolahan makanan adalah menetapkan persyaratan bahan mentah yang digunakan, komposisi bahan atau formula,dll.

Pengendalian Tahap-Tahap Penting dan Tahap-Tahap Kritis
Di dalam proses pengolahan makanan ada tahap penting yang mempengaruhi mutu produk makana yang dihasilkan, misalnya kecepatan putaran pengadukan, pengaturan keasaman (pH), suhu inkubasi, suhu penggorengan, waktu proses, dll.

Kontaminasi Silang
Bahan makanan yang sedang ditangani selama proses pengolahan mudah sekali mengalami kontaminasi, baik melalui air, udara, atau melalui kontak langsung dengan makanan lain atau kontak langsung dengan karyawan.

Manajemen dan Pengawasan
Manajemen yang baik selalu melakukan pengawasan atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam industrinya dengan tujuan mencegah terjadinya penyimpangan yang mungkin terjadi selama kegiatan itu dilakukan.

Pencatatan dan Dokumentasi
Dalam upaya melakukan proses pengolahan yang terkendali, industri makanan harus mempunyai catatan atau dakumen yang lengkap tentang hal-hal berkaitan dengan proses pengolahan (jumlah & tanggal produksi, distribusi & penarikan produk kedaluwarsa).

Tingkat Kegagalan Usaha Baru di Tahun Pertama Capai 85%

JAKARTA- Untuk melahirkan wirausaha baru tidaklah mudah. Pasalnya, tingkat kegagalan sebuah usaha baru di tahun pertama mencapai 85%.

Karena itu, dibutuhkan pembimbing usaha yang memberikan pendampingan kepada calon wirausaha.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang UMKM, Koperasi dan Industri Kreatif Budyarto Linggowiyono menuturkan pembimbingan wirausaha ini merupakan usaha trategis untuk meningkatkan daya saing dan daya cipta wirausaha baru.

Menurutnya, pembimbing menjadi faktor penting untuk menebarkan virus kewirausahaan dalam menciptakan wirausaha yang sukses.

"Kegiatan untuk menciptakan wirausaha baru banyak, tapi untuk menciptakan pembimbingnya jarang. Padahal itu menentukan keberhasilan mencetak wirausaha baru," jelas Budyarto ketika membuka Training of Trainer (TOT) Konsultan Manajemen/Pembimbing Usaha di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (26/3).

Ia menuturkan, masa kritis dari usaha kecil menengah adalah lima tahun sejak didirikan dan hanya 50 persen dari UMKM yang bisa bertahan. Ini artinya, peluang gagal bagi UKM sangat tinggi.

Menurutnya, kegagalan ini terjadi karena berbagai faktor, di antaranya faktor permodalan, tidak ada delegasi wewenang, mental attitude, daya tahan rendah dan perencanaan lemah.

"Makanya diperlukan pembimbing usaha karena mereka tidak hanya untuk mendapatkan akses dari perbankan, tapi juga jadi dokter yang mendiagnosa wirausaha. Mereka bagian faktor pendukung yang paling menentukan," jelasnya.

sumber :  mediaindonesia.com 26 Maret 2012

Minggu, 25 Maret 2012

PROGRAM KEWIRAUSAHAAN: Perguruan tinggi harus dukung peningkatan UKM

JAKARTA:  Pemerintah menjadikan berbagai perguruan tinggi daerah sebagai institusi strategis mengembangkan kapasitas pelaku usaha mikro, kecil dan menengah Indonesia serta program kewirausahaan.
 
Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan menegaskan karena itu perguruan tinggi harus aktif mengoperasionalkan lembaga inkubatornya untuk mendukung peningkatan kapasitas SDM usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) maupun kewirausahaan.
 
”Jumlah wirausaha nasional memang sudah meningkat, namun pertumbuhannya masih perlu didorong karena belum mencapai 2% dari populasi penduduk,” ujarnya pada Rapat Koordinasi dan Pengembangan Inkubator Bisnis di Kantor Kementerian Koperasi dan UKM (Selasa, 20 Maret 2012).
 
Sebab, katanya, sesuai data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah wirausaha nasional saat ini sebanyak 1,56%, dan belum mencapai angka standar internasional, yakni 2% dari jumlah penduduk setiap negara.
 
Adapun target instansi tersebut juga tidak hanya sekedar memenuhi angka standar 2%. Menteri Koperasi dan UKM menginginkan persentase wirausaha Indonesia harus bisa melewati 2% dari populasi penduduk nasional.
 
”Kalau kita bandingkan angka wirausaha pada tahun ini dengan tahun sebelumnya, maka terjadi peningkatan jumlah. Peningklatan itu terjadi, tidak terlepas dari peranserta lembaga inkubator perguruan tinggi,” tukas Sjarifuddin Hasan.
 
Momentum rapat koordinasi antara berbagai lembaga inkubator bisnis di perguruan tinggi dengan Kementerian Koperasi dan UKM, ditetapkan sebagai peluncuran resmi keikutsertaan  15 lembaga inkubator sebagai pusat perkuatan UMKM.
 
Secara teori akademis, perguruan tinggi diyakini memiliki keunggulan melakukan fungsinya meningkatkan berbagai sisi keperluan UMKM. Misalnya, kapasitas SDM, bimbingan teknis, membangun spirit entrepreneurs hingga permodalan.
 
”Mengapa inkubator bisnis perlu dikembangkan bagi pelaku UMKM? Jawabannya, karena jumlah wirausaha kita masih rendah. Oleh karena itu lembaga di bawah naungan perguruan tinggi tersebut dioptimalkan untuk meningkatkan kapasitas SDM UMKM.”
 
Meski inkubator bisnis sudah menjadi bahasa baku di perguruan tinggi, namun Sjarifuddin Hasan meminta agar para pemangku kepentingan bisa mencari dan menemukan nama yang tepat dan familiar.
 
“Saya yakin inkubator masih asing dalam pendengaran UMKM, apalagi terminologinya. Saya mengusulkan kepada pemangku kepentingan agar terminologinya lebih familiar,” papar Sjarifuddin Hasan.
 
Ke-15 Perguruan Tinggi yang masuk dalam program inkubator bisnis berada di provinsi Jawa Barat, Jawa Tenga, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Bali, Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Tenggara.
 
sumber : bisnis.com  20 Maret 2012

Kenaikan HPP Gula Pukul UKM Makanan

BANDUNG, (PRLM).-Usulan kenaikan harga patokan petani (HPP) gula menjadi Rp 8.750/kg disinyalir akan memukul usaha kecil menengah (UKM) pengolahan makanan. Padahal, UKM ini menjadi salah satu sektor yang akan terkena dampak terbesar kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
“Rencana kenaikan HPP gula sangat dilematis. Di satu sisi menjadi jalan untuk menyelamatkan petani dari dampak negatif kenaikan BBM, tapi di sisi lain bisa memukul UKM makanan,” ujar Wakil Ketua Kadin Bidang Kemitraan dan Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM) Iwan Gunawan.
Seperti diberitakan “PR” sebelumnya, kenaikan HPP gula akan mendorong kenaikan harga gula pasir di pasaran. Saat ini dengan HPP gula sebesar Rp 7.000 per kg, harga gula sudah menembus angka di atas Rp 10.000 per kg. Dengan kenaikan HPP, harga gula pasir di pasaran diprediksi akan naik Rp 1.500 per kg, belum termasuk dampak kenaikan harga BBM.
Oleh karena itu, Iwan mengaku berharap, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen gula meningkatkan efisiensi di sisi produksi untuk menekan kenaikan harga gula pasir di pasaran. Pemerintah juga diimbau lebih ketat menjaga gula rafinasi agar tidak masuk ke pasar eceran karena akan merusak harga.
“Kalau kebijakan yang diambil tepat, kedua sektor ini bisa diselamatkan. Akan tetapi, kalau pemerintah salah mengambil kebijakan, salah satunya akan dikorbankan. Jalan efisiensi harus benar-benar ditempuh,” katanya.
Iwan menilai, akan cukup banyak UKM di Jabar yang terkena dampak, apalagi jika kebijakan tersebut diberlakukan berdekatan dengan kenaikan harga BBM subsidi. Namun, jika tidak diberlakukan justru petani tebu yang akan terpukul.
“Untuk sejumlah UKM pengolahan makanan, gula adalah komponen penting. Misalnya untuk industri cookies, wajit Cililin, makanan basah, dll. Usaha inilah yang akan terpengaruh. Dampak terbesar kenaikan harga gula akan dirasakan usaha skala mikro dan kecil,” katanya.
Sebelumnya di Jakarta, Ketua Forum Industri Pengguna Gula (FIPG), Franky Sibarani, juga sempat melontarkan keberatannya atas rencana kenaikan HPP gula. Menurut dia, kenaikan HPP gula sebesar 25% bisa merugikan konsumen. Ia mengaku tidak setuju jika kebijakan itu diklaim sebagai bentuk perlindungan bagi petani.
Ia memprediksi, kenaikan HPP tersebut akan mendorong kenaikan harga gula pasir di pasaran hingga menembus angka Rp 11.000 per kg. Selain merugikan konsumen, menurut dia, hal itu akan mematikan sekitar satu industri kecil dan rumah tangga makanan dan minuman.
“Sedikitnya ada dua juta tenaga kerja yang terlibat langsung dalam industri kecil pengolahan makanan dan minuman serta empat kali lipat pekerja untuk sektor pendukung lainnya,” tutur Franky, beberapa waktu lalu di Jakarta.

sumber : pikiran-rakyat.com 

Jumat, 23 Maret 2012

Potensi Industri Makanan Halal di Indonesia

Jumat, 23 Maret 2012 00:01 WIB
 
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Siapa bilang makanan halal tidak menjadi potensi industri? Melihat kondisi ekonomi di Asia yang diperkirakan akan terus mengalami lonjakan, plus dengan potensi jumlah penduduk khususnya di kawasan Indonesia dan Malaysia, potensi makanan halal berkembang menjadi industri akan semakin besar.
Penilaian ini diungkapkan Mohd Fuad Mohd Saleh PhD., Dekan Fakultas Bisnis/ Ekonomi Universitas Selangor (Unisel), Malaysia, pada Selasa (13/3) lalu di Aula Pascasarjana UMJ, saat menjadi pembicara seminar Internasional dengan tema Indonesian and Malaysian Economic Potentiality at The Global Era.

Selain Mohd Fuad, hadir sebagai pembicara antara lain Ir Imam Bahaqie, MSi (UHAMKA) dan Dr Tajuddin Togo (UMJ). Seminar dihadiri oleh sekitar 300 mahasiswa FE-UMJ yang merupakan awal kerjasama FE-UMJ dan Unisel. Naskah MoU dalam bidang Ekonomi juga ditandatangani setelah acara tersebut oleh Dekan FE-UMJ, M.Yusuf SE MM dan Mohd Fuad Mohd Saleh PhD dan disaksikan oleh Rektor UMJ, Prof Dr Masyitoh.

Mohd Fuad Mohd Saleh melihat potensi bisnis yang cukup besar jika kedua negara bekerjasama dalam bisnis makanan halal tersebut. Apalagi mengingat besarnya konsumsi di tingkat lokal maupun regional. Dengan mengacu pada besarnya pendapatan pada industri makanan, Mohd Fuad Mohd Saleh juga menilai adanya peluang yang sangat besar pada industri halal (halal industry).

Tajudin Pogo juga memberikan penilaian yang sama. Menurutnya, besarnya pangsa pasar di industri makanan halal memproyeksikan adanya keuntungan pada perkembangan industri tersebut. Tetapi tidak serta merta dapat dijalankan dengan mudah. Dalam bisnis, termasuk industri makanan halal ada tantangan didalamnya. Belum lagi, industri makanan halal dihadapkan pada kompetitor dari negara-negara kapital yang cukup besar seperti New Zealand dan Australia serta beberapa negara lainnya. Dimana negara-negara maju tersebut telah menggaet sebagian besar pasar di banyak negara.

Untuk itu, perlu adanya strategi dalam mengembangkan industri makanan halal itu. Paling tidak harus ada beberapa unsur yang dipenuhi dalam mengupayakan percepatan pengembangan industri makanan halal, antara lain: industri, pemerintah, lembaga sertifikasi, dan akademisi yang berperan aktif dan membuat kerjasama yang baik dengan industri.

Sumber : republika.co.id